Karenanya

Karenanya, begitu gamang kujalani hari-hari berikut. Dalam dunia yang fana, aku tak sekedar harus berdiri.Berjalan sebuah tuntutan, dan itulah buktinya bahwa aku memang sang pejalan. Namun karenanya, air mata begitu sulit kubendung. Harga sebuah kepedulian akan kukenang sampai mati. Inilah saat dimana hati, pikiran, dan jasad harus dibagi kebutuhannya. Tapi mungkinkah aku menatap hidup setelah ini?Selayaknya aku menemukan titik tolak hidup. Seharusnya aku sadar aku harus bisa menerima keputusannya. aku tidak bisa lagi tersenyum, senyumku dirampas tangis. Terlintas untuk memilih mati.Terlintas untuk memilih kematian. Tapi diriku begitu takut dipanggang api neraka.
Karenanya, mimpiku berubah jadi tragedi. Subuh yang menakutkan dibangunkan hari. Magrib yang mengerikan digelapinya bumi. Sungguh, bukankah dia telah pergi? mengapa hati berkehendak lagi? mengapa rayuan harap menggebu-gebu hadirnya.Menuntaskan hari-hari sedihku di malam ini. angka 4 membuatku terkantuk dalam tangisan. lingkar mata menjadi hitam, di depannya terpampang soal test 5 biji. keluar aku lebih awal, adik-adik itu menatapku takjub. cepat sekali kakak ini keluar, ucap mereka dalam hati.
kuberikan lembar uang baru beredar itu, saling menolak diriku dengan seorang teman. ah teman, 2 jam yang lalu aku menangis di depanmu dan di depan sepiring nasi yang kita makan berdua. kumasuk paksa ke dalam tasnya lalu aku berlari dan melompat ke atas bis. airmataku mengalir lagi!

4 responses to “Karenanya”

  1. tak usah larut dalam duka… tak usah lara itu ada… yakin pada Sang Maha Kuasa… Cinta terbaik kan balut hatimu… hingga jiwa-jiwa sucih ini terbasuh bahagia…

  2. tak usah larut dalam duka… tak usah lara itu ada… yakin pada Sang Maha Kuasa… Cinta terbaik kan balut hatimu… hingga jiwa-jiwa suci ini terbasuh bahagia…

  3. Mencintai tak harus memiliki… Putus cinta tak harus mati… Hidup harus tetap berjalan… Sampai nanti yang terbaik datang…

  4. putus cinta? enggak lagi. siapa yang putus cinta?

Leave a reply to aidarabbani Cancel reply