My Story about you, Sir

Tidak teringat olehku kapan kita duduk terpingkal-pingkal pertama kali di depan layar Komputer. Membaca dan membalas pesan sambil tersenyum lama. Barangkali ini titik kesamaan pertama. Sama-sama suka tersenyum dan tertawa. Meski tidak terlalu akrab ketika itu tapi kita nyambung dalam komunikasi. Diskusi hangat dan nikmat, sejuk dan menyentuh. Inovatif dan inspiratif. Wahai, aku jadi ingat semangat. Semoga bertemu lagi si semangat. Seperti bertemu dengan engkau ini, Sir. Yang aku tidak tahu kapan.
Sir. Ah tidak. Terlalu berjarak. Bagaimana kalau Dad? engkau memintaku untuk memanggil seorang bapak dengan sebutan Dad. (bersambung)

5 responses to “My Story about you, Sir”

  1. Kangen bgt sma seseorg.Lama tak bcerita ttg bnyk hal.Apakbr,sir?Bharap baik2sja.

    1. diujung dinding hidupku, engkau hadir memulaskan warna baru. terang, nyata, tapi sejuk beraroma semerbak. jejaknya jelas tapi engkaunya di balik tirai. Izinkan aku berdecak takzim untuk segala kelebihanmu. Komunkasi kita begitu hidup, berwarna, dan beraroma. Ingin kuulurkan tanganku agar jariku menyentuhmu sebagai terimakasih dengan segala kerendahan hati. Ya Rabb. berkenanlah engkau menjaga aset Mu ini. Semoga panjang umur dan bahagia. Sir atau Dad tak begitu berbeda bagiku. Aku suka dengan kedua panggilan itu. Terimakasih, sayangku.

      1. Amin ya Rabb.
        ada langit yang meretak
        bintang-bintang berguguran
        gerimis mulai turun….

  2. siapa sih? 😀 saya y hehe

  3. bukan…. tumben narsis…hahhahaha?

Leave a reply to ian abuhanzhalah Cancel reply