Mengenang adinda (2)

Aku tahu jalan kita pasti berujung, di titik yang dinamakan ajal

Aku tahu ujung jalan kita tak sama, engkau yang lebih muda bahkan pergi lebih dahulu.

Sedih tentu saja, kadang malah menguras air mata mengenang kepergianmu.

Semoga engkau di sana dilapangkan kuburnya, lansai urusanmu di dunia, dik.

Mengingat kehilangan ini, sesak jiwa rasanya. Bak kehilangan mutiara berharga, hancur perasaan terasa.

Engkau tinggalkan harapan dan tugas berat untuk kami, berjalan di atas jalan yang lurus.

Apakah begitu sakit, dik? Seolah tak rela ragamu sirna. Banyak yang kehilanganmu, menangis lagi diam-diam.

Leave a comment